Seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi dimulai dengan doa bersama dan ziarah ke makam Mbah Buyut. Setiap keluarga membawa kupat lepet sebagai simbol syukur atas nikmat bumi dan laut. Menyatu dalam suasana guyub, warga menjadikan acara ini sebagai momen perenungan dan silaturahmi lintas generasi.
Plt. Bupati Gresik, Dr. Asluchul Alif, hadir di tengah masyarakat, bersama Camat Manyar Hendrawan Susilo, Forkopimcam, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas. Dalam sambutannya, Dr. Alif menegaskan bahwa tradisi semacam ini adalah aset budaya yang tak ternilai.
“Ini bukan sekadar mengenang, tapi menghidupkan kembali nilai-nilai yang ditanamkan oleh para leluhur. Kami di pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendukung aspirasi warga Betoyo Kauman,” ujar Dr. Alif.
Ia menyampaikan berbagai program strategis Pemkab Gresik, mulai dari penyediaan pupuk subsidi perikanan, perbaikan aliran sungai, hingga penyediaan air bersih yang ditaksir menelan anggaran Rp52 miliar. Selain itu, penataan infrastruktur jalan dan upaya peningkatan keterlibatan tenaga kerja lokal dalam sektor industri menjadi prioritas.
“Desa ini punya potensi besar, terutama di sektor perikanan. Kami ingin anak-anak Betoyo Kauman menjadi pelaku utama pembangunan, bukan sekadar penonton,” tegasnya.
Sementara itu, Camat Manyar Hendrawan Susilo menyebut, keberlangsungan acara selama lebih dari satu abad ini adalah bukti nyata ketangguhan budaya lokal.
“Tradisi ini sudah melewati zaman kolonial, kemerdekaan, dan era digital. Tapi tetap hidup karena ada cinta dari masyarakat terhadap sejarah dan leluhurnya,” ujarnya.
Seorang tokoh agama setempat turut mengisahkan asal muasal tradisi ini yang bermula dari peristiwa kebakaran tahun 1893. Konon, api yang berkobar hanya bisa padam dengan janur – simbol dari keberkahan dan peringatan spiritual Mbah Abdurrahman agar masyarakat tidak melupakan nilai dakwah dan kesederhanaan.
Kegiatan ditutup dengan istighosah dan doa bersama. Dalam suasana yang sarat makna, masyarakat Betoyo Kauman meneguhkan diri bahwa membangun desa bukan hanya urusan beton dan jalan, tapi juga tentang merawat warisan batin yang membentuk identitas bersama.
(Ian)
dibaca