Wanti-Wanti Titin Ismani Jangan Lupakan Warisan Budaya di Tengah Geliat Pembangunan IKN

[Foto : Titin Ismani Pemerhati Budaya dan Sejarah Kalimantan Timur]
Rajawali Kompas ,Kaltim || - Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur kian digencarkan oleh pemerintah pusat sebagai proyek strategis nasional. Di balik semangat pembangunan ini, suara dari tokoh-tokoh lokal yang peduli terhadap sejarah dan budaya perlahan mulai menggema. Salah satunya adalah Titin Ismani, pemerhati budaya dan sejarah Kalimantan Timur, yang memberikan peringatan serius agar masyarakat tidak melupakan akar budayanya di tengah arus perubahan yang pesat.

Titin Ismani bukan sosok baru di ranah pelestarian budaya Kalimantan Timur. Kiprahnya dalam menelusuri, mencatat, dan menyuarakan pentingnya sejarah Kutai dan Martapura telah menempatkannya sebagai figur penting di bidang tersebut.

Kutai dikenal sebagai salah satu kerajaan tertua di Nusantara, dengan peninggalan budaya dan sejarah yang sangat kaya. Sementara Martapura juga memiliki jejak kesejarahan yang tak kalah penting dalam perjalanan peradaban Kalimantan.

“Dulu, Kalimantan punya ruang alami untuk menjaga tradisinya sendiri. Tapi dengan adanya IKN, ruang itu akan berubah drastis,” ujar Titin. Ia mengingatkan, perpindahan besar-besaran masyarakat urban ke IKN bisa menggeser bahkan menghapus keberadaan budaya lokal jika tak ada kesadaran bersama untuk menjaganya.

Menurut Titin, pembangunan IKN tak hanya berdampak pada aspek ekonomi dan infrastruktur, tetapi juga memicu perubahan besar dalam dinamika sosial dan budaya.

Ia mengkhawatirkan, derasnya arus urbanisasi yang datang bersama pembangunan IKN bisa mengikis nilai-nilai tradisional yang selama ini hidup dan terjaga di masyarakat lokal.

“Budaya itu bukan sekadar pakaian adat atau upacara seremonial. Ia adalah napas kehidupan masyarakat sehari-hari. Jika tidak dijaga, ia bisa lenyap dalam hitungan generasi,” tegasnya.

Titin mengajak seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pemangku kebijakan, untuk tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tapi juga memberi ruang dan perhatian pada pelestarian budaya dan sejarah lokal. Ia menekankan pentingnya edukasi dan penyadaran tentang akar budaya Kutai dan Martapura, agar masyarakat baru yang datang ke IKN bisa turut menghargai dan melestarikannya.

“Perubahan tidak bisa dihindari, tapi kita bisa memilih bagaimana cara menghadapinya. Jangan sampai kita menjadi tamu di tanah sendiri,” ucapnya mengingatkan.

Kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat juga menjadi tantangan tersendiri dalam pelestarian budaya. Dalam era digital ini, budaya tradisional kerap terpinggirkan oleh gaya hidup instan dan globalisasi.

Titin berharap ada kolaborasi antara tokoh adat, akademisi, hingga generasi muda untuk merancang strategi pelestarian budaya yang relevan dengan perkembangan zaman.

Suara Titin Ismani bukan sekadar nostalgia akan masa lalu. Itu adalah seruan untuk menjaga jati diri di tengah derasnya arus modernisasi. Di balik gegap gempita proyek IKN, ada warisan sejarah dan budaya yang tak ternilai—dan itu tak boleh hilang hanya karena kita terlalu sibuk menatap masa depan.

(Hamim)

Baca Juga

dibaca

Posting Komentar

Hi Please, Do not Spam in Comments

Lebih baru Lebih lama

Sariyan

Pimred Rajawali Kompas. WA: 081216676968

Countact Pengaduan