Warga Semampir Murka Kepala Desa Dituding Jual Kepentingan Warga Demi Proyek Perumahan

[Foto : Truk pengangkut Tanah Urugan Di Desa Semampir]

Rajawali Kompas || Gresik – Aroma tanah merah dari aktivitas pengurugan kini menyelimuti Desa Semampir, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik. Tapi bukan hanya debu yang beterbangan — kemarahan warga pun ikut membumbung tinggi. Sebuah proyek besar tiba-tiba muncul tanpa aba-aba, tanpa rembug desa, tanpa suara rakyat. Warga merasa dikibuli, dan sorotan tajam kini tertuju pada Kepala Desa Semampir.

Pengurugan yang disebut-sebut untuk pembangunan perumahan oleh pengembang bernama Zidan seorang anggota DPR RI mendadak berlangsung sejak awal pekan ini. Akibatnya, akses jalan utama desa terganggu parah, warga kesulitan keluar masuk, dan truk-truk lalu-lalang tanpa henti. Desa yang dulu tenang kini berubah seperti jalur tambang.

“Apa kami ini bukan manusia? Harusnya kami yang pertama diajak bicara. Ini malah kami yang terakhir tahu!” keluh salah satu warga yang kesal karena mobilnya tak bisa masuk desanya.

Yang membuat warga semakin murka adalah sikap Kepala Desa Semampir Achmad Syahid yang diam seribu bahasa dan terkesan sembunyi-sembunyi. Tidak ada sosialisasi, tidak ada musyawarah, dan tidak ada kejelasan. Tiba-tiba, pengurugan jalan terus. Ujug-ujug tanah digali, truk berdatangan, dan warga hanya bisa ternganga.

Pihak pengembang melalui perwakilannya, Mawardi, justru mengklaim bahwa seluruh kegiatan sudah mendapat restu langsung dari kepala desa. “Kalau tidak ada izin, mana mungkin kami bergerak? Ini resmi,” ujarnya. Mawardi mengakui bahwa konflik ini bisa dihindari jika pemerintah desa mau membuka komunikasi sejak awal.

Namun, saat dicari untuk dimintai keterangan, Kepala Desa Semampir malah menghindar di lokasi proyek. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Seolah-olah pemimpin desa ini lupa bahwa dia digaji oleh rakyat, bukan oleh pengembang.

Musyawarah dadakan yang digelar Selasa malam (15/4/2025) pun tak menghasilkan keputusan apa-apa. Warga hanya pulang dengan dada panas dan pertanyaan besar: kenapa suara rakyat tak lagi penting di tanah mereka sendiri?

Desa Semampir kini menjadi simbol nyata dari bagaimana pemimpin bisa berubah arah — dari pengayom menjadi penyokong proyek. Warga menuntut agar aktivitas pengurugan dihentikan sementara, dilakukan evaluasi menyeluruh, dan ada keterbukaan penuh terhadap masyarakat.

“Kalau kepala desa lebih memilih pengembang daripada warganya sendiri, lebih baik mundur saja,” cetus seorang tokoh masyarakat.

(Ian)

Baca Juga

dibaca

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama